TikToker Muda Tewas Ditembak di Rumahnya

ABATANEWS, ISLAMABAD – Pembunuhan tragis terhadap Sana Yousaf, seorang influencer berusia 17 tahun, memunculkan kembali kekhawatiran mendalam mengenai keamanan perempuan di ruang digital Pakistan. Sana, yang memiliki setengah juta pengikut di Instagram dan dikenal sebagai figur ceria di TikTok, tewas ditembak di rumahnya di Islamabad pada Senin (2/6/2025).
Pelaku, Umar Hayat (22), telah ditangkap dan mengaku sebagai pelaku pembunuhan. Menurut kepolisian, motif penyerangan berkaitan dengan penolakan Sana terhadap “tawaran persahabatan” dari pelaku, yang sebelumnya juga berulang kali mencoba mendekatinya tanpa hasil. Polisi menyebut bahwa Hayat membobol rumah korban, menembaknya dua kali, mencuri ponselnya, dan melarikan diri.
“Sana adalah satu-satunya anak perempuan saya, dan dia sangat pemberani,” ujar ayahnya, Syed Yousaf Hassan, kepada BBC. Ia menambahkan bahwa putrinya tidak pernah menyebut soal ancaman dari pelaku. Bibi korban, yang saat kejadian berada di rumah, juga diancam akan ditembak sebelum pelaku kabur. Sana menghembuskan napas terakhir sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.
Tragedi ini langsung menjadi sorotan nasional. Kepolisian Islamabad menyebut pembunuhan tersebut sebagai tindakan yang “brutal” dan menyatakan telah melakukan penggerebekan di berbagai titik serta meninjau lebih dari 100 rekaman CCTV untuk menangkap pelaku. Senjata dan ponsel korban kini telah diamankan.
Namun, kematian Sana juga membuka perdebatan baru soal posisi perempuan di media sosial. Meskipun banyak yang menyampaikan belasungkawa, tak sedikit pula yang menyalahkan korban karena kehadirannya sebagai influencer.
Direktur kelompok advokasi digital Bolo Bhi, Usama Khilji, menyebut bahwa kritik keras datang dari segelintir pengguna internet, sebagian besar laki-laki, yang bahkan menyarankan agar akun media sosial korban dihapus karena dianggap “menambah dosanya”.
“Reaksi seperti itu menunjukkan adanya kebencian terhadap perempuan dan kebebasan berekspresi mereka,” kata Dr Farzana Bari, aktivis HAM senior. Ia menegaskan bahwa Sana memiliki “suaranya sendiri” dan kematiannya menggarisbawahi betapa berbahayanya ruang digital bagi perempuan di Pakistan.
Inspektur Jenderal Polisi Islamabad, Syed Ali Nasir Rizvi, turut menyuarakan dukungan bagi perempuan kreator digital. “Perempuan yang memilih menjadi influencer media sosial pantas mendapatkan dorongan dan dukungan kita,” katanya, menyebut pembunuhan itu sebagai tragedi.
Sosok pelaku disebut sebagai putra seorang mantan pegawai negeri dari Faisalabad, Provinsi Punjab. Ia kini menghadapi proses hukum yang tengah diawasi ketat oleh publik dan berbagai kelompok hak asasi.
Kematian Sana bukan hanya meninggalkan duka bagi keluarga, tetapi juga menjadi simbol dari kegentingan sistemik yang mengancam keselamatan perempuan di dunia maya—tempat di mana seharusnya suara mereka bisa tumbuh, bukan dibungkam oleh kekerasan.