Selasa, 22 April 2025 19:17

Pelit Informasi, Alasan Petani di Pinrang Jual Gabah ke Pedagang Ketimbang Bulog

Pelit Informasi, Alasan Petani di Pinrang Jual Gabah ke Pedagang Ketimbang Bulog

ABATANEWS, PINRANG — Petani padi di Pinrang mengeluhkan sikap Bulog Pinrang yang terkesan menutup pintu informasi perihal jual beli gabah.

Hal itu dikeluhkan oleh salah seorang petani di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang. Lelaki yang meminta identitasnya tak disebutkan itu menganggap, Bulog tidak tanggap terhadap petani yang telah memanen hasil sawahnya.

“Selama ini memang kami di kampung tidak pernah jual hasil panen kami ke bulog,” tegas petani milenial tersebut kepada wartawan pada Selasa (22/4/2025).

Baca Juga : Kecurigaan Dewan Terbukti, Ternyata Bulog Sulselbar Punya Stok 178.000 Ton yang Hambat Penyerapan Gabah

Ada beberapa alasannya. Pertama, katanya, sejauh ini tidak ada akses untuk menghubungi pihak Bulog perihal jual beli gabah.

“Kedua, kalau pun kita bisa telepon, apa mereka bisa langsung datang untuk timbang?,” tukasnya.

Ketiga, lanjutnya, sejauh ini, pihak Bulog atau yang berwenang tidak pernah melakukan sosialisasi pra panen kepada petani.

Baca Juga : Bulog Sulselbar Klaim Stok Beras Aman hingga 20 Bulan, Serapan Gabah Capai Rekor Tertinggi dalam 10 Tahun

“Jadi kalaupun kita mau jual ke bulog, bagaimana caranya? Siapa yang dihubungi, siapa yang ditanya, itu kita tidak tahu. Ya mau tidak mau, kita langsung hubungi saja pedagang,” jelasnya.

Belum lagi, tambah dia, padi yang terlalu lama dipanen bisa cepat rusak.

“Coba kita pikir. Satu hari saja tidak ada yang ambil, padahal sudah layak, bisa rusak itu padi. Belum lagi kalau kena hujan, tambah turun lagi harganya. Petani lagi yang rugi,” imbuhnya.

Baca Juga : Anggota DPRD Sulsel Sesalkan Peran Bulog yang Tak Bisa Penuhi Harapan Petani

Untuk itu, ia berharap, Bulog Pinrang untuk lebih pro aktif lagi melakukan sosialisasi ke petani-petani. Mengingat, Pinrang merupakan salah satu lumbung padi terbesar di Sulawesi Selatan.

“Karena kami petani berpikirnya sederhana. Kalau ada yang mau ambil gabah kami dengan kita sepakat harganya, yaa langsung angkut. Dari pada kita tunggu Bulog yang tidak jelas, lebih baik kita jual ke pedagang,” pungkasnya.

Penulis : Wahyuddin
Komentar