ABATANEWS, MAKASSAR – Taufan Pawe tak pernah tenang. Sejak terpilih dan ditetapkan sebagai Ketua DPD I Golkar Sulsel pada 2020 lalu, Wali Kota Parepare itu kerap mendapat gangguan.
Menariknya, mayoritas gangguan itu bukan datang dari partai lain, melainkan dari kompatriotnya.
Justru, partai-partai lain “senang” dengan keberadaan Taufan Pawe sebagai pemegang tongkat komando partai berlambang pohon beringin itu.
Baca Juga : Waketum Golkar Pastikan Setya Novanto Masih Berstatus Kader Partai
Hal itu disampaikan oleh salah satu dedengkot Partai Golkar. “Saya beberapa kali bertemu dengan ketua-ketua partai lain dan mereka senang kalau Pak TP yang terus pimpin Golkar,” kata salah satu pentolan Golkar yang enggan dipublikasi identitasnya, saat ditemui di salah satu kedai kopi di Makassar, pada Jumat (22/7/2022).
Hanya saja, katanya, kesenangan yang dimaksudkan bukan bernilai positif untuk internal partai Golkar. Justru sebaliknya, menguntungkan partai lainnya.
“Sudah. Biarkan saja dia (Taufan Pawe) yang kendalikan Golkar. Supaya kita bisa menang di Sulsel,” ucapnya, menirukan salah seloroh ketua partai kepadanya.
Baca Juga : Diisukan Tersangka Kasus Korupsi Dinkes Parepare, Taufan Pawe Lapor ke Dewan Pers
Ya, fakta politik memang tak bisa mengelak. Golkar sampai saat ini merupakan ‘raja’ di Sulsel.
Sejak era Amin Syam, Syahrul Yasin Limpo, Ilham Arief Sirajuddin, dan Nurdin Halid, Golkar selalu jadi pemenang. Bahkan, Sulsel masih bisa disebut sebagai lumbung suara Golkar.
Kendati banyak jagoannya yang hijrah ke partai lain, Golkar juga kerap menampung pentolan dari partai lain.
Baca Juga : Puluhan Warga Pangkep Antusias Temui Anggota DPR RI Taufan Pawe di Masjid
Namun, tak bisa dipungkiri, Golkar kian hari kian tergerus. Seperti, jumlah legislatornya saat ini di Sulsel tersisa 13, dari sebelumnya (periode 2014-2019) sebanyak 18 orang.
Kepala daerahnya juga mulai direbut dan dibajak oleh partai lain. Kini tersisa Taufan Pawe (Wali Kota Pare), Andi Fashar Padjalangi (Bupati Bone), Indah Putri Indriani (Bupati Luwu Timur), Muslimin Bando (Bupati Enrekang), Kaswadi Razak (Bupati Soppeng), Basli Ali (Bupati Selayar), Bupati Toraja Utara (Yohannis Bassang), dan Theofilus Allorerung (Bupati Tana Toraja/bukan ketua partai)
“Apalagi dengan dinamika partai yang terus bergejolak seperti ini, banyak partai yang justru mengambil keuntungan. Mereka melihat Golkar justru mudah disalip kalau keadaannya terus-terusan seperti sekarang ini,” terangnya, yang juga mengaku kenal akrab dengan Taufan Pawe itu.
Baca Juga : Manuver Taufan Pawe Jelang Musda Golkar Sulsel: Temui Bahlil Malam-malam di Rumahnya
Menurutnya, dinamika yang terjadi di Golkar Sulsel hari ini terbilang buruk. Sebab, terjadi pembelahan kader yang membuat partai jadi tidak solid.
“Bahkan ada yang bilang ini di Golkar Sulsel antara orang baru versus orang lama. Kan sangat merugikan partai. Apalagi pemilu semakin dekat. Di saat partai lain solid bekerja mencari dukungan publik, Golkar justru masih berkutat pada masalah internalnya yang cukup pelik dan krusial,” jelasnya.
Sementara itu, Forum Aliansi Pemerhati Golkar melakukan Demonstrasi di kantor DPD I Partai Golkar Sulawesi selatan sekitar pukul 10.30 WITA, Jumat (22/7/2022).
Baca Juga : Arief Rosyid Merapat ke Golkar, Klaim Terinspirasi Bahlil dan Sejarah HMI
Koordinator aksi, Fadli Bhakti mengatakan, aksi ini memprotes kepemimpinan Taufan Pawe dan meminta Airlangga untuk mencopot Taufan Pawe sebagai Ketua Golkar Sulsel.
“Partai Golkar merupakan partai terbesar pemenang pemilu di Sulawesi selatan. Kekuatan Partai Golkar terletak pada kekuatan organisasi, militansi kader/pengurus serta kemampuan managerial dan ketokohan para pemimpinnya,” katanya.
“Namun, hal tersebut sama sekali tidak tercermin pada kepemimpinan Bapak Taufan Pawe sebagai Ketua DPD I Partai Golkar pada periode ini,” tambah Fadli.
Baca Juga : IAS Sebut Taufan Pawe Cukup Sukses Pimpin Golkar Sulsel, tapi….
Menurutnya, soliditas dan solidaritas pengurus dan kader Partai Golkar sedikit demi sedikit mulai luntur oleh kepemimpinan Taufan pawe yang arogan, otoriter dan memecah belah pengurus dan kader.
“Pengambilan keputusan Taufan Pawe sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan dilakukan dengan semena-mena, bahkan menabrak aturan-aturan dan mekanisme organisasi di mana pengambilan-pengambilan keputusan yang sedianya dilakukan melalui mekanisme Rapat Pleno, hanya diputuskan melalui rapat-rapat terbatas yang melibatkan hanya segelintir pengurus saja, dan dilakukan secara diam-diam,” katanya.
Dia menambahkan, seluruh Ketua DPD II Partai Golkar kabupaten/kota dipecat tanpa melalui mekanisme Rapat Pleno, kemudian mengangkat pelaksana tugas juga tidak melalui rapat pleno.
Baca Juga : Dipuji Sebagai Tokoh Nasional Golkar, NH: Kita Doakan yang Terbaik untuk Taufan Pawe
Hal ini, Taufan juga disebut melakukan mutasi di fraksi dan AKD di DPRD Sulawesi Selatan, juga tanpa melalui Rapat Pleno, dan melakukan kegiatan-kegiatan partai yang hanya melibatkan segelintir pengurus DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan.
“Ini menunjukkan sikap arogansi, otoriter dan pelanggaran terhadap AD/ART, Juklak dan PO Partai Golkar,” tegasnya.
Sejak di-SK-kan oleh DPP sebagai ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan pada 2020 lalu, katanya, tidak sekalipun Taufan Pawe melakukan konsolidasi pengurus DPD I Partai Golkar Sulsel.
Baca Juga : Usai Empat Mata dengan Taufan Pawe, IAS: Tak Usah Panik
Menurutnya, sepanjang sejarah kepemimpinan Partai Golkar di Sulawesi selatan, Taufan Pawe adalah pemimpin terburuk sepanjang sejarah.
“Sikap ini membuat pengurus dan kader Partai Golkar terpecah, sesama pengurus saling bertikai, saling berkonflik. Berbagai masukan dan saran dari pengurus, senior, sesepuh bahkan pengamat dan akademisi tidak di indahkan oleh Bapak Taufan Pawe,” kata Fadli.
Fadli menyebut, Taufan Pawe sengaja menanam bibit perpecahan di tubuh Golkar sulsel, sengaja memecah belah pengurus dan kader, sengaja menghancurkan Partai Golkar di Sulawesi Selatan.
Baca Juga : Waketum Golkar: Musda Golkar Sulsel 2025 Jadi Momentum Kebangkitan, Bukan Ajang Kuasai Partai
“Kami akan berdiri di barisan paling depan untuk menghadang itu. ini harus di hentikan sampai disini demi kebesaran Partai Golkar di Sulawesi selatan,” ungkapnya.
“Jika hal ini di biarkan terus menerus terjadi, kami pengurus dan kader Partai Golkar tidak rela, tidak terima. Kami ingin mengembalikan marwah Partai Golkar yang lebih berwibawa, lebih disegani, terbuka dan demokratis,” pungkasnya.