ABATANEWS, JAKARTA — Untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam dekade, Prancis menghadapi gejolak politik yang signifikan setelah Parlemen menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Michel Barnier.
Hanya tiga bulan menjabat, Barnier kehilangan dukungan mayoritas akibat mosi tidak percaya yang diajukan oleh aliansi kelompok kiri dan kanan.
Langkah dramatis ini terjadi setelah Barnier memaksakan RUU Pembiayaan Jaminan Sosial tanpa persetujuan Parlemen.
Tindakan tersebut memicu kemarahan partai sayap kanan National Rally (RN), yang kemudian bergabung dengan partai sayap kiri untuk menumbangkan pemerintahannya.
Mayoritas 331 dari 577 anggota Majelis Nasional mendukung mosi tidak percaya ini, sebuah angka yang menegaskan lemahnya posisi Barnier dalam lanskap politik saat ini.
Presiden Emmanuel Macron kini berada di bawah tekanan untuk segera menunjuk pengganti Barnier guna mengatasi ketidakstabilan ini.
Macron dijadwalkan berpidato pada Kamis (5/12/2024) pukul 19.00 waktu setempat setelah menerima pengunduran diri resmi dari Barnier.
Langkah ini menandai era baru dalam politik Prancis, namun juga membawa negara itu ke dalam ketidakpastian yang dapat memengaruhi arah kebijakan dan stabilitas pemerintahan di masa depan.
