ABATANEWS, JAKARTA — Microsoft kembali melakukan langkah efisiensi besar-besaran dengan memangkas lebih dari 6.000 karyawan di seluruh dunia. Langkah ini disebut sebagai bagian dari penyesuaian organisasi demi menjaga daya saing perusahaan di tengah dinamika industri teknologi global.
Jumlah tersebut mewakili sekitar tiga persen dari total tenaga kerja Microsoft. Pemangkasan ini menjadi gelombang PHK terbesar kedua setelah tahun 2023, saat raksasa teknologi tersebut memutuskan hubungan kerja dengan 10.000 karyawan.
“Kami terus menerapkan perubahan organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan dengan baik demi meraih kesuksesan di pasar yang dinamis,” ujar juru bicara Microsoft, Pete Wootton, dikutip dari The Verge.
Baca Juga : Selamat Tinggal Skype!
Pemutusan hubungan kerja kali ini berdampak pada berbagai lini bisnis Microsoft, termasuk LinkedIn dan sejumlah kantor internasional. “Saya memahami bahwa pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada semua level di Microsoft, termasuk LinkedIn milik Microsoft dan beberapa kantor internasional,” tambah Wootton.
Langkah ini datang hanya beberapa minggu setelah pernyataan dari Kepala Keuangan Microsoft, Amy Hood, yang mengisyaratkan adanya pengurangan lapisan manajemen. Restrukturisasi tersebut fokus pada penyederhanaan struktur internal agar lebih adaptif terhadap perubahan pasar.
Dalam dua tahun terakhir, Microsoft memang terus melakukan penyesuaian strategi. Setelah mengakuisisi Activision Blizzard, perusahaan juga melakukan PHK terhadap ribuan karyawan, termasuk 1.900 orang dari divisi game pada awal 2024 dan 650 karyawan Xbox pada September 2024. Tak hanya itu, tim HoloLens dan Azure cloud juga terdampak dengan pengurangan sekitar 1.000 orang pada pertengahan tahun lalu.
Baca Juga : Garap Cloud dan AL, Microsoft Bakal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia
Beberapa studio game seperti Tango Gameworks dan Arkane Austin sempat ditutup, namun kini bangkit kembali berkat kerja sama strategis, salah satunya dengan perusahaan game Krafton.
Langkah efisiensi ini menandai keseriusan Microsoft dalam merapikan sumber daya dan menata ulang prioritas bisnis di tengah derasnya arus inovasi dan persaingan teknologi.