ABATANEWS, JAKARTA — Aksi unjuk rasa menolak pengesahan Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) yang digelar di Gedung DPR/MPR pada Kamis (20/3/2025) berujung ricuh. Bentrokan antara aparat dan massa aksi menyebabkan sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia (UI) terluka.
Koordinator Bidang Sosial Politik BEM Fakultas Hukum UI, Muhammad Bagir Shadr, mengungkapkan bahwa tiga mahasiswa UI harus dilarikan ke rumah sakit akibat insiden tersebut. “Ada tiga mahasiswa UI yang dilarikan ke rumah sakit. Ketiganya sudah dibawa oleh wali dan keluar dari rumah sakit,” ujarnya, Jumat (21/3/2025).
Mahasiswa yang menjadi korban adalah Muhammad Aidan dari Fakultas Antropologi angkatan 2024 dan Rafi Raditya dari Fakultas Politik angkatan 2024, yang dirawat di RS Pelni Slipi. Sementara itu, Ghifari Rizqi Pramono dari Fakultas Ilmu Politik angkatan 2024 mendapatkan perawatan di RS Tarakan.
Baca Juga : Presiden Prabowo Resmi Teken UU TNI yang Baru
Bagir menjelaskan bahwa sejak pagi mahasiswa melakukan aksi damai, namun tak ada satu pun perwakilan DPR yang menemui mereka. Ketika pagar gedung DPR jebol, massa mencoba masuk dengan niat tetap damai. “Tidak pernah ada niatan untuk merusak apalagi ‘berperang’ dengan polisi, karena itu bukanlah tujuan yang hendak kami capai. Namun, baru saja kami mulai masuk, mereka langsung menghujani kami dengan pentungan dan pukulan,” ungkapnya.
Menurutnya, aksi represif aparat membuat sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka. “Beberapa massa aksi yang berada di depan menjadi korban. Mereka dipukul dan mengalami luka. Ada yang kepalanya bocor hingga tidak sadarkan diri. Ada juga yang dipukul kepala dan punggungnya sampai kacamatanya jatuh dan hilang,” tuturnya.
Ia merinci kondisi korban akibat bentrokan tersebut. “Aidan; kepala bocor, sudah dijahit. Radit; badan dipukuli, kepala juga kena tapi belum ada tindakan, cuma diobatin luarnya saja. Mono; engselnya keinjek-injek tapi sekarang sudah aman,” tambahnya.
Baca Juga : DPR RI Sahkan UU TNI: Teddy Tak Perlu Disuruh Mundur hingga Tambahan Tugas
Bagir menilai bahwa bentrokan terjadi akibat tindakan represif aparat yang bertugas. Ia juga menyesalkan sikap DPR yang dinilai tidak responsif terhadap aspirasi mahasiswa. “Aidan dan Radit itu digebuk saat hendak masuk ke halaman DPR,” tegasnya.