Bulog Pinrang ‘Nyerah’, Bebaskan Petani Jual Gabah ke Pedagang dengan Segala Risikonya

ABATANEWS, PINRANG — Bulog Pinrang seperti sudah mati akal menghadapi panen raya di Pinrang. Bulog akui sudah tidak bisa lagi menyerap secara menyeluruh hasil panen petani.
Pemimpin Bulog Cabang Pinrang, Ivan Faisal menyatakan, kondisinya saat ini sudah sangat tidak memungkinkan untuk mengakomodir seluruh hasil panen raya. Hal itu dikarenakan, kapasitas gudang yang tersedia sudah penuh.
“Setengah mati kita kalau mau diambil semua hasil panennya petani. Apalagi ini panen raya,” keluh Ivan kepada wartawan, pada Rabu (23/5/2025).
Ivan menjelaskan, saat ini gudang induk yang dimiliki Bulog Pinrang yang berkapasitas 35.500 ton sudah penuh. Solusinya, kata Ivan, pihaknya saat ini tengah mencari dan menyewa gedung untuk digunakan stok gabah.
“Kedua saat ini tengah dilakukan komunikasi antar pimpinan kanwil, dengan melakukan move out NES. Itu maksudnya hasil panen di sini kita alihkan, misalnya ke Kalimantan yang kapasitas gudangnya belum penuh,” jelasnya.
Makanya, Ivan mengaku tak bisa berbuat banyak apabila petani ingin menjual hasil panen gabahnya ke pihak swasta.
“Mau bagaimana kita? Gudang kita sudah penuh. Jadi kalau petani mau jual ke pihak swasta, silakan saja. Kami juga tidak bisa apa-apa dengan kondisi yang kami alami,” ungkapnya.
Seperti diketahui, petani berada dalam situasi yang cukup pelik bila harus menjual hasil panennya ke pihak swasta. Pasalnya, kerap terjadi pemotongan timbangan dan ketidakjelaskan harga bila menjual gabahnya ke pihak swasta (swasta).
“Kita juga dilema. Bulog tidak bisa menampung itu semua. Makanya kita melalui PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dan Babinsa yang merupakan perpanjangan tangan Bulog, itu mengimbau kepada petani akan melakukan panen sesuai waktunya. Supaya harganya tidak jatuh,” papar Ivan.
Sementara itu, salah satu petani di Kecamatan Cempa, berinial P, mengeluhkan sikap perwakilan Bulog kecamatan yang tidak hadir dalam rapat persiapan pra panen di Kantor Desa Sikkuale, Kecamatan Cempa, pagi tadi (23/5/2025).
Menurutnya, ketidakhadiran wakil bulog membuat petani jadi semakin bingung ingin menjual gabahnya.
“Di rapat tadi, kita diminta untuk sebisa mungkin menjual hasil gabah ke mitra bulog. Tapi tidak ada jaminan, kalau kami mau jual, itu armada dari Bulog langsung datang. Itu yang dipertanyakan sekali tadi oleh petani,” papar petani milenial ini.
Belum lagi, lanjut P, petani tidak bisa terlalu lama menunggu pihak Bulog untuk mengangkut hasil panen.
“Karena kapan kita lewat sehari atau dua hari, bisa rugi juga kita ini petani. Jadi susah memang kita petani. Yang jamin itu pembina pertanian, sementara itu pembina kawal 2 desa. Nah ini panen di Cempat hampir pasti bersamaan,” katanya.
Untuk itu, kata P, petani di daerahnya mengaku tak bisa terlalu berharap banyak ke Bulog. Pihaknya mengaku akan tetap menjual gabahnya ke swasta dengan segala risiko yang mungkin diterima.
“Dari pada gabah kami yang rusak. Pasti kami harus jual kalau sudah waktunya panen,” pungkasnya.