ABATANEWS, MAKASSAR – Bulan suci Ramadan sebentar lagi. Bila berdasarkan kalender yang ada sekarang, awal Ramadan di Indonesia akan jatuh pada 2 April 2022. Tapi, seperti dua Ramadan sebelumnya, masyarakat muslim kembali ‘dihantui’ kasus Covid-19.
Usai varian Delta yang merajalela, kini muncul varian Omicron yang sedang marak-maraknya di tanah air. Februari ini, kasus bahkan tembus puluhan ribu per hari.
Apakah Omicron yang dianggap sebagian orang gelombang ketiga Covid-19 ini akan kian mengganas hingga Ramadan?
Baca Juga : Kemenkes Catat 291 Kasus Covid-19 Sepanjang Tahun 2025
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memprediksi puncak kasus terjadi di awal Maret atau sebulan sebelum Ramadan.
Nadia mengatakan, tren peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron akan lebih cepat dibandingkan lonjakan kasus Covid-19 akibat penularan varian Delta.
“Kita akan melihat tren peningkatan sampai kita prediksi bahwa di akhir Februari atau di awal Maret 2022 ini merupakan puncak kasus Omicron yang bisa diprediksi itu 3 kali sampai dengan 6 kali lebih tinggi daripada variasi Delta,” kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, pada Kamis (10/2/2022).
Baca Juga : Kasus Covid-19 Meningkat di Asia, Kemenkes Minta Masyarakat Waspada
Kendati terjadi lonjakan kasus yang signifikan, tapi Nadia menjelaskan, keterisian tempat tidur di rumah sakit masih bisa terkendali. Mengingat, mayoritas pasien Omicron bergejala ringan dan tanpa gejala.
“Batuk, pilek, demam kemudian sakit tenggorokan dan saturasi oksigen lebih dari 95 persen tidak memiliki komorbid diharapkan untuk dapat melakukan isolasi mandiri baik di rumah ataupun di tempat-tempat isolasi terpusat yang sudah disediakan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nadia mengatakan, vaksinasi Covid-19 masih menjadi salah satu upaya penanganan Covid-19 untuk memberikan perlindungan agar terhindar dari keparahan Covid-19.
Baca Juga : Menkes Sebut Orang yang Gaji Rp15 Juta Lebih Pintar dan Sehat
“Untuk itu mari kita ajak lansia untuk mendapatkan vaksinasi karena saat ini vaksinasi lansia masih cukup rendah baru 55 persen,” pungkasnya.